Studi tentang fashion adalah bukan hanya tentang pakaian, tapi juga
peran dan makna pakaian dalam tindakan sosial. Dengan kata lain, fashion
bisa di metaforakan sebagai kulit sosial. Yang didalamnya membawa pesan
dan gaya hidup suatu komunitas tertentu yang adalah suatu bagian dari
kehidupan sosial. Di samping itu fashion juga mengekspresikan suatu
identitas tertentu. pakaian adalah salah satu dari seluruh rentang
penandaan yang paling jelas dari penampilan luar, yang dengannya
seseorang menempatkan diri mereka terpisah dari orang lain, yang
selanjutnya berkembang menjadi identitas suatu kelompok tertentu.
Hasil wawancara dengan sejumlah informan tentang perkembangan trend fashion saat ini, khususnya trend mode dikalangan mahasiswa putri fisip unhalu mereka mengatakan bahwa:
“perkembangan trend busana mahasiswa putri fisip unhalu saat ini lebih mengarah pada penggunaan mode busana yang sedang trend pada saat sekarang ini, hal ini dapat dilihat dari setiap aktifitas mahasiswa pada saat mereka mengikuti proses perkuliahan, pakaian-pakaian ketat (pres body) lebih dominan menghiasi lingkungan kampus”.
Hal diatas sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa fashion merupakan salah satu bentuk gaya hidup yang dapat dicoba, dipertahankan, atau ditinggalkan (Piliang, 2004: 306).
“kecenderungan pada trend busana baru lebih dimotifasi oleh sebuah pemikiran bagaiman mengespresikan diri lewat pakaian yang mereka pakai”.
Malcolm Barnard dalam bukunya Fashion sebagai komunikasi, memulai pengertiannya mengenai fashion dengan mengacu pada Oxford English Dictionary (OED). Menurut Malcolm: “Etimologi kata ini terkait dengan bahasa latin, Factio, yang artinya membuat”. Karena itu, arti asli fashion adalah sesuatu kegiatan yang di lakukan seseorang, tidak seperti dewasa ini yang memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang.
Artian asli fashion pun mengacu pada pengungkapan bahwa butir butir fashion dan pakaian adalah komoditas yang paling di fetish-kan (fetish adalah jimat :KBBI edisi 3), yang diproduksi dan dikonsumsi masyarakat kapitalis. Karena itu fashion dan pakaian merupakan cara yang paling signifikan yang bisa di gunakan dalam mengonstruksi, mengalami dan memahami relasi sosial dewasa ini. OED menyusun daftar Sembilan arti berbeda dari kata fashion. Salah satunya, fashion bisa saja di definisikan sebagai sesuatu seperti bentuk dan jenis tata cara atau cara bertindak tertentu. Polhemus dan Procter menunjukan bahwa “dalam masyarakat kontemporer barat, istilah fashion kerap di gunakan sebagai sinonim dari istilah dandanan, gaya dan busana” (Malcolm Barnard, Fashion sebagai komunikasi). Penelusuran pada OED, dalam kata busana sebagai kata kerja dirumuskan dalam arti, membusanai diri sendiri dengan “perhatian” pada efeknya. Artinya lebih dari sekedar membusanai diri, tapi juga berdandan dan termasuk juga mengenakan perhiasan. Jadi bisa di katakan meski semua pakaian itu busana (fashion.red) tapi tidak semua dandanan itu fashionable. Begitu pula halnya meski semua busana atau dandanan akan menghadirkan gaya tertentu, tapi tak semua gaya itu akan menjadi fashion. Malcolm Barnard mengatakan bahwa,”ketika suatu gaya berlalu maka bisa dikatakan ketinggalan jaman alias tidak fashion lagi”.
Fashion adalah salah satu cara bagi suatu kelompok untuk mengidentifikasi dan membentuk dirinya sendiri sebagai suatu kelompok. Begitu suatu masyarakat muncul, kemudian masyarakat kapitalis muncul, fashion pun muncul. Dan fashion biasanya mengkomunikasikan atau memiliki kekuatan yang di ketahui secara umum. Dari sini ada beberapa hal yang bisa di pahami. Misalnya orang yang mengenakan potongan rambut cepak, kacamata besar, jeans levi’s, baju polos atau bergaris dan sepatu boot berhak tinggi Doctor Martin menunjukan orang itu adalah anggota skinhead. Kata Malcolm,” dalam hal ini seorang individu awalnya bukanlah skinhead tapi baju baju itulah yang membentuk dirinya sebagai skinhead”.
Menurut Simmel dalam bukunya Fashion, dua kecenderungan sosial yang penting dalam membentuk fashion. Dan bila salah satu kecenderungan itu hilang maka fashion tak akan terbentuk. Kecenderungan yang pertama adalah kebutuhan untuk menyatu dan yang kedua adalah kebutuhan untuk terisolasi. Menurut Simmel: individu haruslah memiliki hasrat untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar, masyarakat dan individu juga harus memiliki hasrat menjadi sesuatu yang terlepas dari bagian itu. Manusia rupanya perlu untuk menjadi sosial dan individual pada saat yang sama, dan fashion serta pakaian merupakan cara bagi hal itu di negosiasikan. Dan saat kebutuhan untuk membedakan dirinya atu kelompoknya dari yang lain lebih besar maka fashion akan berkembang lebih cepat. Kebalikannya, “bila masyarakat kurang lebih stabil maka fashion kurang memungkinkan untuk berubah.
Hasil wawancara dengan sejumlah informan tentang perkembangan trend fashion saat ini, khususnya trend mode dikalangan mahasiswa putri fisip unhalu mereka mengatakan bahwa:
“perkembangan trend busana mahasiswa putri fisip unhalu saat ini lebih mengarah pada penggunaan mode busana yang sedang trend pada saat sekarang ini, hal ini dapat dilihat dari setiap aktifitas mahasiswa pada saat mereka mengikuti proses perkuliahan, pakaian-pakaian ketat (pres body) lebih dominan menghiasi lingkungan kampus”.
Hal diatas sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa fashion merupakan salah satu bentuk gaya hidup yang dapat dicoba, dipertahankan, atau ditinggalkan (Piliang, 2004: 306).
“kecenderungan pada trend busana baru lebih dimotifasi oleh sebuah pemikiran bagaiman mengespresikan diri lewat pakaian yang mereka pakai”.
Malcolm Barnard dalam bukunya Fashion sebagai komunikasi, memulai pengertiannya mengenai fashion dengan mengacu pada Oxford English Dictionary (OED). Menurut Malcolm: “Etimologi kata ini terkait dengan bahasa latin, Factio, yang artinya membuat”. Karena itu, arti asli fashion adalah sesuatu kegiatan yang di lakukan seseorang, tidak seperti dewasa ini yang memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang.
Artian asli fashion pun mengacu pada pengungkapan bahwa butir butir fashion dan pakaian adalah komoditas yang paling di fetish-kan (fetish adalah jimat :KBBI edisi 3), yang diproduksi dan dikonsumsi masyarakat kapitalis. Karena itu fashion dan pakaian merupakan cara yang paling signifikan yang bisa di gunakan dalam mengonstruksi, mengalami dan memahami relasi sosial dewasa ini. OED menyusun daftar Sembilan arti berbeda dari kata fashion. Salah satunya, fashion bisa saja di definisikan sebagai sesuatu seperti bentuk dan jenis tata cara atau cara bertindak tertentu. Polhemus dan Procter menunjukan bahwa “dalam masyarakat kontemporer barat, istilah fashion kerap di gunakan sebagai sinonim dari istilah dandanan, gaya dan busana” (Malcolm Barnard, Fashion sebagai komunikasi). Penelusuran pada OED, dalam kata busana sebagai kata kerja dirumuskan dalam arti, membusanai diri sendiri dengan “perhatian” pada efeknya. Artinya lebih dari sekedar membusanai diri, tapi juga berdandan dan termasuk juga mengenakan perhiasan. Jadi bisa di katakan meski semua pakaian itu busana (fashion.red) tapi tidak semua dandanan itu fashionable. Begitu pula halnya meski semua busana atau dandanan akan menghadirkan gaya tertentu, tapi tak semua gaya itu akan menjadi fashion. Malcolm Barnard mengatakan bahwa,”ketika suatu gaya berlalu maka bisa dikatakan ketinggalan jaman alias tidak fashion lagi”.
Fashion adalah salah satu cara bagi suatu kelompok untuk mengidentifikasi dan membentuk dirinya sendiri sebagai suatu kelompok. Begitu suatu masyarakat muncul, kemudian masyarakat kapitalis muncul, fashion pun muncul. Dan fashion biasanya mengkomunikasikan atau memiliki kekuatan yang di ketahui secara umum. Dari sini ada beberapa hal yang bisa di pahami. Misalnya orang yang mengenakan potongan rambut cepak, kacamata besar, jeans levi’s, baju polos atau bergaris dan sepatu boot berhak tinggi Doctor Martin menunjukan orang itu adalah anggota skinhead. Kata Malcolm,” dalam hal ini seorang individu awalnya bukanlah skinhead tapi baju baju itulah yang membentuk dirinya sebagai skinhead”.
Menurut Simmel dalam bukunya Fashion, dua kecenderungan sosial yang penting dalam membentuk fashion. Dan bila salah satu kecenderungan itu hilang maka fashion tak akan terbentuk. Kecenderungan yang pertama adalah kebutuhan untuk menyatu dan yang kedua adalah kebutuhan untuk terisolasi. Menurut Simmel: individu haruslah memiliki hasrat untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar, masyarakat dan individu juga harus memiliki hasrat menjadi sesuatu yang terlepas dari bagian itu. Manusia rupanya perlu untuk menjadi sosial dan individual pada saat yang sama, dan fashion serta pakaian merupakan cara bagi hal itu di negosiasikan. Dan saat kebutuhan untuk membedakan dirinya atu kelompoknya dari yang lain lebih besar maka fashion akan berkembang lebih cepat. Kebalikannya, “bila masyarakat kurang lebih stabil maka fashion kurang memungkinkan untuk berubah.
Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2180412-defenisi-fashion-menurut-para-ahli/#ixzz2KlO2cecw
No comments:
Post a Comment